Minggu, 06 November 2011

Ini Burger Apa Roti Coklat?

Halo semuanya pada liburan kemana nih di hari Minggu yang (mungkin) cerah ini? Pasti dari kalian ada yang pergi sama pacar, sama keluarga, sama teman, dan (nggak) mungkin kalian nge-date sama pembantu kalian sendiri, ok yang nge-date gue hanya kidding.
Hari minggu ini sih gue lagi banyak acara, seperti jam 8 pagi gue mau ke JJS (Jakarta Japan School) untuk latian Kendo, dan setelah itu jam 10 pagi gue mau ke PRJ (Pekan Raya Jakarta) untuk liat event tahunan, tapi semua acara itu harus rela gue batalin, karena nyokap gue mau refreshing di Ancol, dan gue juga bingung ngapain ke Ancol panas-panas gini? Ada apa dengan Ancol? Emang ada festival nostalgia di Ancol? Dan nyokap gue hanya bilang “disana kita mau berenang?”, “hah di Ancol mau berenang?” kata gue yang terkejut, setau gue di Ancol itu air lautnya asin, nanti kalo suatu saat gue diceburin abang gue dan gue nggak sengaja minum tuh air laut yang rasanya lebih asin daripada kaos kaki olahraga gue, dan gue harus dibawa kerumah sakit (jiwa) terdekat untuk dioperasi karna minum air laut asin terlalu banyak dan bilang ke dokter “dok tolong anak saya ini dok, dia saking hausnya sehingga air laut dia tenggak juga” kata nyokap gue yang khawatir “tenang bu, ini nggak apa-apa kok? Solusinya hanya beri anak ibu ini air kencing onta agar racun dari air laut hilang semua” jawab dokter yang santai. Kan nggak modern banget kalo gue kena penyakit kaya gitu.
Tapi gue nggak bisa berbuat apa-apa, mau nggak mau gue harus ikut refreshing bareng keluarga di Ancol. Dalam perjalanan ke Ancol, gue melihat area tol Jakarta tuh keren banget, apalagi pas fly over-nya, gue sangat kagum sama Jakarta, jalan tolnya keren banget kayak jalan tamiya gitu. Saat gue melihat lingkungan di luar tol, gue masih liat banyak rumah-rumah yang dibelakangnya tuh banyak banget sampah, andai aja orang Indonesia bisa menjaga kebersihan? Dan setiap Minggu ada program gotong royong untuk membersihkan Jakarta. Gue yakin, Jakarta akan lebih bersih dan lebih sehat. Kok malah curhat dah? #SaveIndonesia
Sesampai di Ancol, gue merasa Ancol berkata kepada gue “Selamat Datang Kembali Di Ancol” emang sih gue udah lama banget nggak ke Ancol, apalagi Dufannya (emang nggak pernah sama sekali masuk Dufan). Setelah masuk Ancol gue langsung cari parkir yang adem, karena cuaca hari ini PANAS BANGET BRO. Gue sih berharap banget cuaca akan mendung (tapi nggak ujan). Setelah dapet parkir,  ternyata tempat parkirnya panas. Gue yakin 5 menit di kurung di mobil dalam keadaan kaya gitu bisa jadi bebek penyet dan kesurupan “ah... Tolong... Siapapun tolongin gue, panas panas...” sambil ketawa dan ketok-ketok kaca mobil. #HelpMe
Parkir udah dapet, sekarang kita cari tempat untuk taro barang atau biasa gue sebut beskem, dan nggak lama lemudian kita dapet beskem yang (lumayan) adem, saat gue menengok ke pantai, hati gue berkata “astaga... Ini laut apa kolam bebek, banyak banget yang pake ban bebek” rasa percaya diri gue untuk berenang pun nge-down drastis karena yang berenang kebanyakan anak bebek bukan bidadari (ngarep). Yasudahlah, gue tanpa basa-basi untuk menghilangkan rasa malu gue karna nggak berenang, mending gue makan aja, dan lagi asik-asiknya makan ada yang manggil gue “Rik” gue nyari darimana suara itu berasal, gue menengok ke depan cuma ada anak bebek lagi berenang gaya batu, gue nengok ke kanan juga ada anak bebek lagi berenang gaya batu, gue nengok kiri pun juga ada anak bebek lagi berenang gaya batu, gue nengok ke atas nggak mungkin, nengok bawah juga nggak mungkin, dan terakhir yang belum gue tengok, yaitu belakang, ternyata bokap yang manggil gue. Bokap menyuruh gue untuk nemenin dia jalan-jalan, gue pun ikut aja, lagi pula gue juga bete dari tadi cuma liatin anak bebek pada berenang gaya batu doang (dan gue rasa itu membosankan). Gue pun siap jalan hanya dengan modal baju kedodoran, celana basah, sendal jepit dan juga headset dikuping.
Selama di perjalanan sih nggak ada masalah apa-apa, cuma gue liat ada cewek lagi sendirian di deket pantai, gue pun berfikir bagaikan Jimmy Neutron “ngapain ada cewek sendirian di deket pantai?” hati gue udah berkata begitu, dalam fikiran gue, gue tuh mempunyai 3 opsi untuk hal seperti ini
1.       Bilang “hay, sendirian aja di pantai? Nggak takut kalo ada yang godain?”
2.       Bilang “misi mbak, mbak kehilanggan keluarganya ya? Tempat informasi ada di sebelah sana mbak?”
3.       Bilang “kak... mau nggak jadi cewek aku?”
Kalau gue memilih opsi yang ke tiga berarti gue juga akan mendapatkan 3 jawaban dari si cewek itu
1.       “Kamu tuh masih kecil de, belum pantes waktunya untuk pacaran”
2.       “lo siapa ya?”
3.       #paaakkkkk# (digampar bolak-balik sampai 99 hits)
Ya kalian pasti tau lah cewek itu akan jawab apa ke gue kalau gue milih opsi yang ketiga?
Dan gue hanya melewati cewek cakep itu dengan pandangan fokus kedepan dan berharap semoga dia kesandung batu lalu gue berlari menuju dia untuk membantunya (tapi pas lari gue juga kesandung batu juga) #dasarkoplak
Ok, lupakan tentang cewek tadi. Jalan-jalan pun dilanjutkan kembali. Saat di tengah perjalanan ada orang minta gue untuk memfoto mereka berdua, apakah mereka yakin orang yang dandanan gue yang kayak tukang cangcimen (kacang, guci, permen) di Ancol ini bisa foto? Yaudah gue menerima aja untuk jadi tukang foto (sementara), dan *cekrek..* gue ambil fotonya terlalu jauh, dia minta ulang dan memfoto dengan jarak lebih deket *cekrek...* “makasih ya” kata si mbak yang minta fotoin, gue cuma nganguk kepala aja dan lari menuju bokap. Parjalanan belum sampai situ, kita berhenti di tengah-tengah jembatan dan ngadem sebentar sambil liat anjing bebulu lebat atau gue sebut aja Hachi soalnya mirip Hachiko (anjing dari film Hachiko). Setelah selesai istirahat, perjalanan kita lanjutkan kembali dan 5 menit kemudian kita sampai di beskem kembali.
Saat sampai di beskem, kita hanya istirahat sebentar dan nggak lama kemudian gue dan keluarga gue kembali menuju ke parkiran untuk makan. Gue dan bokap jalan duluan menuju parkiran, dan sesampai disana kita melihat ada sebuah restoran makan yang lumayan gede lah, tempatnya luas, bisa melihat pemandangan pantai Ancol yang indah secara utuh, gue udah berfikir “bahwa kita akan makan siang disitu” tapi (ada tapinya nih) kita nggak makan disitu, melainkan kita gelar tiker sepanjang 10x10 meter persegi DI SEBELAH RESTORAN TERSEBUT. Dan gue berfikir lagi “astaga apa yang nyokap gue pikirkan? Kenapa kita makan di sebelah restoran? Apa memang harga usus ayam sudah naik? (yang usus ayam gue kidding).
Gue memang gelar tiker di sebelah restoran, tapi gue mencium bau ayam goreng yang begitu tajam di hidung gue. Saat gue melingak-linguk mencari dimana bau itu berasal, ternyata nyokap gue beli ayam di restoran sebelah, bukan di tukang es krim (mana ada tukang es krim jualan ayam goreng?) gue seneng, akhirnya makan juga di (sebelah) restoran. Walaupun nyokap gue memesan beberapa ayam, tapi karna perut gue ini lagi sedang masa pendietan, jadinya gue makan yang dikit-dikit aja. Dan alhasil gue memesan sebuah burger yang harganya itu mengsimbolkan 2 menara dan 3 telor yaitu 11.000, walaupun burger yang gue beli harganya yang paling murah, tapi dalam fikiran gue “gue yakin burgernya gede” gue yakin banget burgernya itu isinya banyak, karena pas gue masih kesil gue beli burger di tukang burger keliling dan gue tanya harga burgernya “bang 1 burgernya berapa?” dia jawab “3000 aja de”gue tanpa berfikir panjang gue beli tuh burger dan gue nggak rugi karna gue udah mengira burger ini isinya lumayan banyak, nah gue berfikir burger yang seharga 11.000 ini akan lebih banyak isinya dibandingkan dengan burger seharga 3000 yang gue beli di tukang burger keliling. Setelah gue tunggu, tunggu, dan tunggu hingga gue kebelet boker, akhirnya burger pun datang dan diantar oleh laki-laki yang jalannya agak lenggak-lenggok gitu kaya banci nggak dapet pelanggan.
Burger pun sekarang berada di depan gue dengan baunya yang tajam dan hangat membuat gue berfikiran gue makin mantap, bahwa burger ini isinya banyak, dan setelah gue buka bungkusnya dengan perlahan-lahan dan gue mengintip isinya dan pas gue lihat isinya, dalam hati gue mulai berkata
“IDIH... INI BURGER APA ROTI COKLAT?”

Coba kalian teliti itu burger lebih detail se-detail-detailnya, apakah itu bisa disebut burger? Apakah harga 11.000 itu pas untuk burger se-kuecil itu? Apakah memang harga saus tiram sudah melunjak naik?
Ya tapi mau gimana lagi, namanya udah dibeli pasti nggak bisa dituker lagi, kalau gue nekat gue bilang ke pelayannya “mas, ada nggak burger yang lebih kecil daripada ini?” mungkin si mas tersebut akan menjawab “oh... ada de namanya roti bakar isi lidah sapi?” buset... Bayangin kalo di dunia ini ada yang jual roti bakar isi lidah sapi? Mungkin yang beli hanya orang yang gemar makan lidah yang kenyel-kenyel itu.
Setelah gue makan (yang bisa dibilang) burger ini, gue langsung nyari tempat untuk sholat, karena waktu sholat Dzuhur sudah tiba, gue
mencari-cari dimana Musholla terdekat, 5 menit kemudian gue menemukan dimana Musholla itu berada, setelah gue celingak-celinguk, ternyata Mushollanya ada di depan mata gue. #lupakan
Saat perjalan ke Musholla, gue melihat ada 2 cewek dan 1 cowok lagi foto-foto, dengan dandanannya yang minim, si 2 cewek itu berpose di depan muka gue dan si cowok yang foto 2 cewek tersebut, mata gue tertuju kepada si cewek yang sedang difoto, dan gue menyangka mungkin cewek ini adalah model majalah apa gitu yang gue nggak tau namanya, tapi gue bingung aja, kok model mau difoto dengan background tukang es krim? Mungkin mereka lagi modelin buat majalah “tukang es krim juga manusia” atau “dibalik cantiknya penjual es krim”. #lupakan

Tanpa mempedulikan model itu, gue langsung ketempat Wudhu, gue puter kerannya perlahan, dan gue mendengar suara orang yang memberi info ke gue “mas airnya abis”, astaga air keran abis? Siapa sih yang minumin nih air keran? Gue tanya ke orang yang memberi info ke gue tadi “mas bisa Wudhu dimana lagi?” dia jawab “itu di WC”sambil menunjukan ke arah WC, gue minjem sendal ukuran 28 sama ade ponakan gue dan gue hanya minjem bagian kirinya doang, gue menuju ke WC dengan jalan satu kaki kaya orang abis mengalami tabrak lari antara orang ganteng sama bencong Taman Lawang. Gue langsung Wudhu dan balik ke Musholla sambil lari dengan 1 kaki, orang-orang pada ngeliatin gue sambil berprikir “ini orang apa pocong nyasar?”. Gue pun sholat dengan khusyuk, setelah sholat gue go to home dengan perasaan yang lega dan gue masih kepikiran itu tadi yang gue makan burger apa roti coklat? Hanya kokinya yang tau.

0 komentar:

 
;